Rusia Ingin Indonesia Produksi Suku Cadang Sukhoi

07 Juli 2012

Sukhoi Superjet 100 (image : RIA Novosti)

Moskwa (ANTARA News) - Presiden Direktur Perusahaan Penerbangan Rusia Mikhail Pogosyan menyatakan ingin berkolaborasi dengan industri penerbangan di Indonesia untuk memproduksi suku cadang baik pesawat Sukhoi tempur maupun komersial.
"Kerjasama kedirgantaraan yang mencakup transfer of technology merupakan sesuatu yang sangat dimungkinkan," kata Pogosyan seperti diceritakan Dubes RI di Rusia Djauhari Oratmangun di Moskwa, Sabtu.
Pogosyan adalah Presiden Direktur JSC United Aircraft Corporation, sebuah holding company yang antara lain membawahi perusahaan industri sukhoi tempur dan sukhoi komersial. Pertemuan pertama dengan Djauhari ini dilakukan dalam format makan bersama dengan menu khas Rusia.

Perakitan Sukhoi 30 di Knaapo (photo : Konstantin M)
Pada dasarnya, pertemuan ini adalah acara saling kenal satu dengan lainnya sambil menggali hal-hal yg dapat dikerjasamakan di masa depan.
Kedua belah pihak hanya sedikit saja menyinggung soal "tragedi sukhoi" dalam perspektif tertentu, yakni bahwa dibalik kejadian tersebut harus mampu dimunculkan hal-hal yang positif di masa datang.
"Ada masanya kita melihat ke depan," kata Dubes Djauhari.
Presdir Sukhoi juga mengatakan pihaknya sangat terbuka untuk mendidik anak-anak terbaik Indonesia untuk studi bidang penerbangan di Rusia.
Hal ini penting karena Rusia memiliki dua universitas terbaik di bidang penerbangan, yakni di kota Moskwa dan Kazan. Sukhoi bisa memberikan beasiswa.
Pogosyan juga menyatakan ingin memberikan kuliah kedirgantaraan di universitas di Indonesia dalam sebuah kunjungannya di Indonesia kelak.

BAE Systems Tawar Pilihan

05 Juli 2012


BAE Systems memberi peluang bagi Malaysia untuk memilih komponen pesawat Typhoon yang akan dibuat di Malaysia jika Malaysia memilih pesawat ini (photo : Eurofighter)
KUALA LUMPUR  - Malaysia boleh memilih komponen pesawat Typhoon Eurofighter untuk dibina di dalam negara jika Multi-Role Combat Aircraft (MRCA) memenangi kontrak penggantian MiG-29N Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM).
Pengarah Urusan Asia Tenggara BAE Systems, John Brosnan berkata, rakan usaha sama konsortium Eurofighter bersetuju bahawa syarikat Malaysia boleh mengambil bahagian sehingga 90 peratus dalam projek pembinaan pesawat terbabit.
"Kebanyakan komponen pesawat mungkin tidak dibina di Malaysia, namun terpulang kepada Malaysia untuk memutuskan bahagian mana yang mahu dibina di sini. Tidak seperti pesawat lain, kami menyerahkan kepada Malaysia jika negara ini mahukannya," kata Brosnan kepada Bernama.
"Satu perkara mengenai urus niaga pertahanan, ramai pesaing yang mengatakan apa yang mereka kata mungkin dan tak mungkin dilakukan," katanya.
Syarikat yang berpangkalan di UK itu ialah kontraktor utama bagi pihak negara Eurofighter iaitu United Kingdom, Jerman, Itali dan Sepanyol.
BAE Systems dilaporkan sudah mengemukakan cadangan kepada Kerajaan Malaysia untuk membida kontrak penggantian MiG-29N TUDM, yang meliputi senarai 100 muka surat mengenai teknologi yang syarikat berkenaan sedia memindahkan, selain nama syarikat tempatan dan luar negara yang sedia menyertai dalam proses itu.
Eurofighter Typhoon membida kontrak itu bersama-sama empat pesaing lain - Dassault Aviation"s Rafale Perancis; Boeing F/A-18E/F Super Hornet US; JAS-39 Gripen Sweden dan Sukhoi Su-35 Flanker-E Rusia.
Brosnan berkata bersama Typhoon, Malaysia memperoleh generasi kelima utama MRCA di dunia.
Setakat ini, 707 pesawat Typhoon dibangunkan mengikut kontrak dan lebih daripada 300 sudah diterbangkan untuk perkhidmatan enam pasukan tentera udara di seluruh dunia, katanya.
"Sudah terbukti dalam operasi di pelbagai negara. Malaysia mahukan produk terbaik yang mampu kami sediakan. Berdasarkan keupayaan, kami yakin kami berada pada kedudukan yang baik," katanya.
Brosnan berkata, Typhoon dikeluarkan oleh sebuah konsortium "100 bilion dolar yang memiliki rangkaian bekalan industri pertahanan Eropah".
"Ia bukan sekadar kesediaan teknologi, malah rekod baik kami dalam melaksanakan komitmennya untuk menfaat ekonomi," katanya.
Tentera Udara dan Tentera Laut Malaysia merupakan pelanggan BAE Systems, menerusi pembelian pesawat 10 Hawk Mk108 dan 18 Mk208 pada awal 1990-an. –
(Utusan)

EADS dan Albatross Aviation Jajaki Kerjasama dengan PT DI

04 Juli 2012

Komponen sayap pesawat (IOFLE) yang dipesan untuk pesawat AIRBUS A380 seri terbaru di PT Dirgantara Indonesia (photo : Antara)

Konsorsium Eropa Jajak Kerja Sama dengan PT DI
Bandung, (ANTARA) - PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan konsorsium industri dirgantara Eropa, EADS, sedang menjajaki peningkatan kerja sama untuk menjadikan industri dirgantara kebanggaan bangsa ini sebagai pemasok komponen skala besar.
"Kami melihat itu sebagai tantangan, peluang bisnis besar yang harus diambil," kata Asisten Dirut PTDI Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan yang merangkap Pembina Komunikasi Perusahaan, Sonny Saleh Ibrahim, di Bandung, Rabu.
EADS (European Aeronautic Defence and Space Company) adalah perusahaan industri dirgantara Eropa hasil penggabungan dari Arospatiale-Matra (Perancis), Dornier GmbH dan DaimlerChrysler Aerospace AG (DASA) dari Jerman, dan Construcciones Aeronuticas SA (CASA) dari Spanyol.
Sonny mengatakan EADS saat ini sedang melaksanakan program regionalisasi industrinya dengan sasaran sampai 50 persen pembuatan komponen-komponen produknya dilakukan langsung di kawasan pemasaran. Untuk Asia-Pasifik, EADS mempertimbangkan PTDI.
EADS sudah yakin akan kompetensi kami karena jalinan kerjasama yang sudah berjalan 35 tahun terakhir, kata Sonny dengan menambahkan saat ini saja PTDI sudah sibuk melakukan pengiriman komponen-komponen kebutuhan Airbus setiap minggunya.
Mengenai rencana peningkatan kerja sama itu, Sonny menambahkan EADS pada Senin 11 Juni lalu mengutus dua petingginya ke PTDI, Philippe Advani (Vice President Global Sourcing Network) dan Pierre Guillet (Deputy President Director for Marketing Survey).
Advani dan Pierre Guillet disertai 20 kepala perwakilan EADS dari berbagai negara. "Ini menunjukkan EADS serius untuk meningkatkan kerjasamanya dengan PTDI," kata Sonny yang mengungkapkan kini PTDI sudah membuat lebih 20 jenis komponen dan berusaha meningkatkannya menjadi 60 komponen.
Rombongan diterima Andi Alisjahbana, Direktur Aerostructures, Budiman Saleh, Direktur Aircraft Integration dan Dita Ardonni Jafri, Direktur Teknologi dan Pengembangan. Mereka diajak melihat fasilitas dan kapabilitas PTDI mengerjakan pembuatan komponen pesawat CN235 dan berbagai komponen pesanan Airbus.
Dengan pihak EADS, PTDI saat ini mengerjakan komponen-komponen pesawat-pesawat unggulannya. Dalam proyek A-380, PTDI sebagai pemasok tunggal untuk komponen pentingnya Inboard Outer Fixed Leading Edge (IOFLE) yang merupakan bagian akar dari sayapnya, dan A-380 tidak akan bisa terbang tanpa komponen buatan PTDI ini.
Komponen IOFLE ini dikerjakan PTDI sesuai dengan kontrak yang telah dibuat antara PTDI pada tahun 2002 untuk 300 pengiriman. Saat ini, PTDI telah mengapalkan 125 kiriman setara dengan 36 persen dari jumlah kontrak. Target rencana pengiriman 36 set per tahun.
Dalam proyek A-320/A-321, PTDI bahkan selain membuat (manufacturing) juga perakitan (assembling) untuk D-Nose, Pylon dan Leading Edge yang telah dilakukan kontrak kerjasamanya pada tahun 2005 dan berakhir pada tahun 2015 dengan pengiriman komponen sebanyak 365 set per tahun.
Dalam proyek pesawat penumpang masa depan A-350, PTDI mengerjakan komponen untuk Root End Fillet Fairing (REFF) untuk pemesanan sebanyak 805 total pengiriman dengan perencanaan pengiriman 51 set per tahunnya. Kontrak kerjasama telah dilakukan PTDI dengan Spirit AeroSystem , Inggris, sejak tahun 2010.
Khusus untuk Airbus A350, PTDI juga sudah mendapatkan pekerjaan rancang bangun (engineering-designing).
Albatross Aviation Swiss
Pengalaman yang dipunyai oleh Albatross Aviation yang dapat diaplikasikan di Indonesia adalah perawatan helikopter Bell 412, Mi-2, Mi-17, Mi-24/Mi-35, dan Enstrom)
Pada hari yang sama, perusahaan Albatros Aviation (Swiss) mengunjungi PTDI dan disambut Budi Wuraskito (Direktur Aerocraft Services). Albatros menjajaki PTDI sebagai mitra perawatan pesawat terbang dan mesin pesawat terbang, khususnya helikopter untuk kawasan Amerika Latin, Afrika dan Asia.
"Mereka sempat terkagum-kagum ketika meninjau fasilitas dan kapabilitas PTDI, karena kemampuan dan permesinan yang kita miliki tidak seperti yang pernah terbayangkan sebelumnya akan sebesar yang mereka saksikan sendiri," kata Sonny.

Kemhan RI Pastikan Beli Tank Jerman

02 Juli 2012

Rencana pembelian MBT Leopard dari Belanda dihentikan dan telah beralih ke Jerman sepenuhnya (photo : Sonaz)

Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pertahanan Indonesia memastikan membeli tank berat (Main Battle Tank) Leopard dari Jerman sebanyak 100 unit dalam rangka modernisasi alutsista TNI Angkatan Darat. Rencana semula  tank berat Leopard akan dibeli dari Belanda.

"Khusus TNI AD, kita telah putuskan membeli tank berat leopard dari Jerman dengan pertimbangan memperoleh kepastian waktu dan target  dari volume peralatan militer yang kita perlukan," kata Wamenhan Sjafrie Syamsuddin kepada wartawan di Jakarta, Senin (2/7).

Menurut Wamenhan, rencana pembelian MBT Leopard dari Belanda dihentikan sehingga fokus pembelian tank yang berasal dari Jerman tersebut berjalan lancar.

Dijelaskan Sjafrie, alokasi anggaran sebesar 280juta dolar AS, yang diperlukan diproses berdasarkan alokasi pinjaman luar negeri, dimana prosesnya melalui grend book maupun blue book baik dari Bapennas maupun Kementerian Keuangan.

"Saat ini proses dilakukan secara akselerasi, dan pararel sehingga dalam waktu satu minggu kita akan segera memperoleh kepastian-kepastian dari aspek pengadaan dan pembiayaan dan tentu saja diikuti oleh aspek pengawasan yang dilaksanakan oleh tim pencegahan dan penyimpangan pengadaan barang dan jasa dengan melibatkan BPKP, LKTP dan Itjen Kemhan serta  Mabes TNI dan angkatan," ungkapnya.

"Jumlah yang diinginkan dalam pengadaan tank ini kurang lebih 100 unit, dari jumlah tersebut,  kita inginkan 15 unit sudah berada di Indonesia pada Oktober 2012," terangnya.

Dia menambahkan pertimbangan pembelian Main Battle Tank Leopard dari Belanda tidak diteruskan karena faktor kepastian waktu dan kepastian proses yang diperlukan tidak satupun ditanggapi pihak Belanda.

Terkait keinginan Kemhan agar 15 unit  tank berat Jerman itu sudah berada di Indonesia Oktober 2012, penempatannya menurut Sjafrie sepenuhnya kewenangan Mabes TNI Angkatan Darat.(rm)

 
DEF CON © 2010 | Designed by Trucks, in collaboration with MW3, Broadway Tickets, and Distubed Tour