Indonesia - Rusia Teken Kontrak Pembelian 37 Tank Amfibi

11 Mei 2012

Pembelian ini merupakan lanjutan dari tahun 2008 yang sudah dilakukan pembelian sebanyak 17 unit, dengan demikian jumlah total menjadi 54 unit (photo : citra persada)

Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan perwakilan JSC Rosoboronexport di Indonesia menandatangani kontrak pembelian 37 unit kendaraan tempur infanteri BMP-3F Seri 2 senilai 114 juta dollar Amerika, Jumat.
Penandatanganan kontrak ini diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan, Mayjen TNI Ediwan Prabowo dan Kepala Perwakilan  Rosoboronexport, Vadim Varaksin.
“Pengadaan tank amfibi BMP 3F ini adalah lanjutan dari tahun 2008 yang sudah dilakukan sebanyak 17 unit. Khususnya, pengadaaan kali ini adalah untuk meningkatkan kemampuan teknologi,” ujar Ediwan.
Ke-17 unit tank BMP-3F Seri 2 itu sudah dioperasikan oleh Korps Marinir TNI AL sejak Desember 2010 dan dari segi teknologi, kendaraan tempur lapis baja ini dianggap sesuai dengan kebutuhan pertempuran asimetris.
“Kami berharap semua pengadaan peralatan ini dapat memebuhi kebutuhan TNI AL,” tambah Edwin.
Ediwan mengatakan bahwa pembelian ini menggunakan dana dari APBN 2011 dan kontrak mencakup pengadaan suku cadang dan pelatihan. Penandatangan kontrak ini juga melibatkan PT. Pindad yang  bertugas merawat tank-tank amfibi ini.
Menurut Varaksin, perundingan untuk pembelian itu sudah dimulai sejak Oktober tahun lalu dan berlangsung alot, namun pada akhirnya bisa dicapai kesepakatan yang baik untuk kedua belah  pihak.
Varaksin menambahkan sebagai pihak penjual, Rosoboronexport bangga bisa memenuhi kebutuhan alat utama sistem pertahanan (alutsista) untuk kebutuhan TNI AD dan TNI AL baik dari segi jumlah  kendaraan atau amunisi.
“Pengiriman tank amfibi itu akan dimulai pada bulan Juli tahun depan,”  ujar Varaksin, sambil menambahkan bahwa kontrak pengadaan kali ini tergolong istimewa.
“Kontrak ini sudah mengandung komponen transfer teknologi. Itu hal yang  sangat baik dan ini meletakkan dasar untuk hubungan kita ke depan,”  ujar Varaksin.

Akhirnya Boeing Beri "Offset" kepada Indonesia

09 Mei 2012

Dari 2 maskapai Indonesia saja order pesawat angkut penumpang dari Boeing cukup besar, Lion Air order 201 Boeing 737 MAX, dan 29 Boeing 737-900ER, sedangkan Garuda Indonesia order 10 Boeing 777-300ER dan 6 Boeing 737-800 (photo : Robin YS)

JAKARTA, KOMPAS.com - Pabrikan pesawat terbesar di AS, Boeing Company akhirnya akan memberi offset kepada Indonesia. Kepastian tersebut disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk AS, Dino Patty Djalal, Rabu (9/5/2012) di Jakarta. “Akhirnya Boeing memberi offset ke kita setelah bertahun-tahun kita perjuangkan,” ujar Dino di Kantor Kementerian Perhubungan.
Offset merupakan praktek pemberian kompensasi oleh industri asing sebagai persyaratan dari suatu negara ketika melakukan pembelian. Dalam kasus Boeing ini dilatarbelakangi karena banyaknya pihak industri dari Indonesia dan TNI AU yang membeli pesawat dari Boeing.
Seperti pembelian pesawat udara sipil B737-800NG oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan B737-900ER, B737-Max oleh Lion Air yang jumlahnya lebih dari 20 miliar dollar AS. Selain itu juga ada pembelian pesawat F-16 dan helikopter Apache oleh TNI AD.
Bentuk offset bermacam-macam dan biasanya ditentukan oleh negara pembeli produk berapa prosentase dari nilai keseluruhan transaksi penjualan. Biasanya offset dipakai untuk mengembangkan industri domestik negara pembeli, transfer teknologi, memajukan investasi, dan meningkatkan lapangan pekerjaan.

AH-64D Apache menjadi heli serang yang dipilih untuk melengkapi arsenal TNI AD (photo : Sonic)
Selain itu juga untuk mendapatkan teknologi baru, mendukung industri domestik yang strategis, mendapatkan akses terhadap pasar baru, meningkatkan nilai ekspor, dan meningkatkan hubungan dengan perusahanaan multinasional.
Untuk Indonesia, menurut Dino, nilainya lebih dari yang diperkirakan. “Kalau cuma untuk menghidupkan PTDI,  maka nilai jumlahnya sangat cukup,” ujar Dino sambil tertawa.
Berkaitan dengan itu, hari ini diadakan diskusi antara stakeholder di bidang transportasi udara untuk merumuskan apa bentuk offset yang akan diminta kepada Boeing.
Selain dihadiri Dino, diskusi juga dihadiri Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Ikhsan Tatang, perwakilan dari GMF, Garuda, Lion, BPPT, PTDI, PT Len, PT Pindad, Susi Air, Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian BUMN, dan Kementerian Perisdustrian.
“Selanjutnya akan dibentuk tim kecil oleh Dirjen Perhubungan Udara untuk merumuskan apa-apa saja yang nanti akan kita ajukan,” ujar Ikhsan Tatang.

Walau Ditolak, Menhan Ngotot Beli Kapal Perang Asal Inggris

09 Mei 2012


Dalam MEF yang dituangkan dalam Renbangkuat TNI AL 2024, dibutuhkan 40 kapal perusak kawal rudal (korvet, fregat, destroyer), saat ini baru dimiliki 14 kapal (3 Fatahilah class, 1 KHD, 6 Ahmad Yani class, dan 4 Diponegoro class), masih diperlukan lagi 26 kapal lagi untuk waktu 12 tahun (photo : boakesy53)

[SURABAYA] Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, DPR RI dan TNI Angkatan Laut (AL) saat ini sedang meninjau proses pembuatan kapal tempur jenis Multi Role Light Frigate (MRLF) yang ditolak DPR RI.
Ada apa sih, pemerintah ngotot membeli kapal dari luar negeri, sementara bangsa sendiri sudah bisa memproduksi kapal perang sendiri?
"TNI AL memang meminta pembelian kapal Frigate itu, karena kapal itu modern sekali, bisa untuk serangan bawah air, serangan permukaan air, dan serangan udara," katanya setelah meresmikan Gedung "Technopark" UPN Veteran Jatim di Surabaya, Rabu (9/5).
Didampingi Rektor UPN Veteran Jatim Prof Dr Ir Teguh Soedarto MP, ia mengemukakan hal itu menanggapi penolakan Komisi I DPR RI untuk pembelian tiga unit kapal tempur jenis MRLF yang dibuat perusahaan di Inggris itu, karena kapal itu sudah ditolak oleh Brunei dan Vietnam.
Menurut Menhan, penolakan suatu negara untuk tidak jadi membeli suatu alutsista itu memiliki alasan tersendiri, dan alasan penolakan negara itu belum tentu menjadi alasan negara lain untuk tidak jadi membeli juga.
"Alasan Brunei tidak jadi membeli itu internal mereka, dan alasan itu belum tentu sama dengan alasan negara lain, karena itu sekarang ada tim dari DPR RI dan TNI AL yang meninjau langsung proses pembuatan kapal itu," tukasnya.
Bahkan, katanya, bila kapal frigate itu sudah dibeli pun,  tetap harus melalui mekanisme pengawasan dan pengendalian yang ketat. "Jadi, kita tidak hanya membeli, tapi di sisi lain akan ada tim yang melakukan pengawasan dan pengendalian itu," tuturnya.
Sebelumnya, Pemerintah Brunei mencium ada aroma penggelembungan anggaran dalam pengadaan kapal itu dan spesifikasi juga diturunkan, sehingga Sultan Brunei tidak mau membayar, namun perusahaan Inggris BAE akhirnya memperkarakan Brunei ke Arbitrase Internasional pada 2007, sehingga Brunei pun terpaksa membayar.
Menanggapi protes DPR itu, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan, TNI AL memang memerlukan tambahan armada untuk menjaga wilayah perbatasan laut Indonesia.
"Soal masalah teknis yang dialami oleh kapal perang ini, silakan DPR menyiapkan tim teknis untuk mengetes kapal tersebut. Kata orang kalau tidak percaya silakan dicoba. Apa benar miring atau tidak," ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi DPR RI pada beberapa waktu lalu. [Ant/L-8]

Kabinet Belanda Tetap Ingin Menjual Tank Leopard 2 ke Indonesia

08 Mei 2012
Di Belanda berlaku aturan bahwa transaksi alusista senilai di atas 2 juta euro harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari parlemen, dengan demikian kabinet harus mendapatkan persetujuan parlemen terlebih dahulu untuk transaksi penjualan Leopard dengan Indonesia senilai 213 juta dollar ini (photo : cssbl)
Transaksi Jual Beli Leopard Nyaris Tuntas
Dua media Belanda, Mediawatch dan harian De Volkskrant menyorot keputusan kabinet demisioner untuk menjual tank bekas jenis Leopard ke Indonesia. Demikian menurut beberapa sumber dari kalangan pemerintah Belanda pada harian De Volkskrant, yang juga menjadi rujukan Mediawatch.
Menurut Mediawatch, kabinet Belanda pada awalnya tidak mendukung transaksi ini. Tapi atas desakan Menteri Pertahanan Hans Hillen, akhirnya setuju juga. Menteri ini harus melakukan operasi penghematan anggaran dan sangat membutuhkan dana hasil penjualan senilai 200 juta euro.
Menurut De Volkskrant, operasi penghematan di departemen pertahanan memangkas anggaran sekitar satu miliar euro.
Selanjutnya De Volkskrant menambahkan bahwa Menteri Luar Negeri Uri Rosenthal mendukung transaksi ini. Argumennya, tidak ingin menyinggung perasaan kalangan pemerintahan di Jakarta. Dengan demikian, transaksi jual beli ini, dari sudut pandang kalangan pemerintahan, bisa dikatakan nyaris tuntas.
Namun, lain di kabinet, lain pula di parlemen. Kabinet Belanda harus melaporkan rencana jual beli ini pada parlemen.
Beberapa waktu lalu, melalui dukungan pada mosi Arjan al Fassed, dari partai Groenlinks (Kiri Hijau), mayoritas suara di parlemen Belanda juga menentang penjualan ini. Mereka menilai, transaksi ini bertentangan dengan kebijakan hak azasi manusia Belanda.
"Militer Indonesia melanggar hak azasi manusia. Dengan penjualan senjata ini, kabinet demisioner membantu pelanggaran tersebut," demikian Arjan al Fassed pada saat pengajuan mosi.
Alhasil, masih ada kemungkinan, parlemen Belanda akan melarang transaksi jual beli ini. Di Indonesia sendiri, demikian lanjut De Volkskrant, berbagai kalangan di DPR telah menyatakan tidak menyetujui pembelian senjata berat ini. Mereka menilai tank Leopard tidak cocok dengan kondisi geografi Indonesia.
Singkat kata, meskipun kabinet Belanda telah memutuskan bersedia menjual senjata berat ini pada Indonesia, masih belum pasti, apakah transaksi ini memang akan terjadi. Yang jelas, jika rencana ini batal, Jerman dan Rusia sudah siap untuk memasok tank buatan mereka pada Indonesia. Demikian Mediawatch dan De Volkskrant.

Wamenhan Tinjau Pesanan Kapal Tanker ke-2 di PT. DKB

08 Mei 2012
Kapal tanker Angkatan Laut berukuran panjang 122m akan diselesaikan dalam 24 bulan, sedangkan LST akan dimodifikasi sehingga dapat membawa tank BMP3F dan Leopard 2 (photo : DMC)

Wamenhan Meninjau Proses Pembuatan Kapal BCM di Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
Jakarta, DMC - Sehari setelah melakukan kunjungan kerja ke PT Anugrah Buana Marine untuk mengetahui sejauh mana proses pembuatan kapal Bantu Cair Minyak (BCM) Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin didampingi Irjen Kemhan  Laksdya TNI Sumartono, Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, Pejabat Mabes TNI dan Angkatan, Selasa (8/5), Mengunjungi PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, yang juga sedang  mengerjakan pembuatan kapal Bantu Cair Minyak  kedua untuk TNI AL.
Setibanya di PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Wamenhan beserta rombongan disambut  oleh Wakasal Laksdya TNI Marsetio dan Dirut PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Riri Syeried Jetta beserta staf langsung menyaksikan proses pengerjaan pemotongan baja sebagai material kapal BCM.
Usai melakukan kunjungan ke Galangan kapal II, Wamenhan menuju Aula PT.  Dok dan Perkapalan Kodja Bahari menerima penjelasan seputar proses penyelesaian pembuatan satu kapal BCM yang menggunakan material 100% local content dan direncanakan di bangun selama 24 bulan.
Kapal Landing Ship Tank
Selain mendapat penjelasan tentang pembuatan kapal BCM, Wamenhan juga mendapat penjelasan tentang rencana pembuatan dua kapal jenis Landing Ship Tank (LST) yang sudah ditandatangani kontraknya, namun masih dalam tahap rancang bangun, karena design awal kapal Landing Ship Tank dengan 354 ABK hanya dapat mengangkut kendaraan Tempur (Ranpur) jenis Tank BMP 3F, yang dimodifikasi menjadi kapal Landing Ship Tank yang juga dapat mengangkut tank jenis Leopard.
Sementara itu untuk jenis kapal BCM itu sendiri, memiliki spesifikasi panjang 122,40 m , lebar 16,50 m, memiliki kecepatan maksimal 18 knots dan dapat memuat bahan minyak cair sebanyak 5500 m3.
Adapun modifikasi ataupun perubahan-perubahan yang dilakukan dalam pembuatan kapal, Wamenhan mengharapkan proses pembangunannya sesuai dengan target yang telah ditetapkan atau tidak melewati batas waktu tahun 2014.
(DMC)

Indonesia Kaji Industri Pertahanan Elektronika dengan China


08 Mei 2012


Peralatan elektronika pada Kapal Cepat Rudal TNI (photo : Audrey)


Beijing (ANTARA News) - Indonesia hingga kini masih mengkaji kerja sama sistem industri pertahanan elektronika yang ditawarkan China yakni Defence Electonics Complex of Indonesia (DECI). 


"Hingga kini masih terus dikaji dan dibahas di Kementerian Pertahanan dan industri pertahanan nasional terkait," kata Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI untuk China dan Mongolia, Suryamargono ketika dikonfirmasi di Beijing, Selasa.


Ia mengatakan tawaran kerja sama itu meliputi berbagai kegiatan antara lain perancangan dan pengembangan fabrikasi sistem unit, modul serta perakitan peralatan elektronika seperti radar,peperangan elekronika dan lainnya.


"Kerja sama itu akan dilakukan dalam tiga tahapan, namun semua ini masih dikaji dalam berbagai aspek," kata Suryamargono menegaskan.


Berdasar laporan yang diterima ANTARA industri elektronika tidak saja berperan besar bagi industri pertahanan secara keseluruhan, namun juga pertumbuhan ekonomi secara umum.


Produksi elektronika global mencapai Rp13 ribu triliun, dari jumlah itu Asia Pasifik merupakan kontributor terbesar yakni sekitar 37 persen. Namun, dari 37 persen tersebut Indonesia baru memberikan kontribusi sekitar satu persen.


Kerja sama industri pertahanan elektronika itu ditawarkan salah satu grup industri pertahanan China yakni China Electronics technology Group Corporation (CETC).


Kerja sama serupa telah dilakukan China melalui CETC dengan Pakistan dalam program National Electronic Complex of Paksitan (NECOP). 


Terkait Indonesia, CETC sebelumnya telah memiliki kerja sama dengan kementerian Pertahanan dan TNI terutama TNI Angkatan Laut dalam program Kapal Cepat Rudal (KCR).


(Antara)

KRI Kujang Diluncurkan Pada November 2012

7 Mei 2012

 

BATAM - PT Palindo Marine Shipyard pembuat Kapal Cepat Rudal (KCR) pesanan TNI AL, rencananya secara resmi baru akan meluncurkan KRI Kujang-642 pada November 2012. KCR ini rencananya bakal digunakan untuk patroli TNI AL di wilayah Armada Barat, mengingat kapal berdimensi sedang ini mampu menembus perairan dangkal diantara pulau.

KCR Kujang memiliki spesifikasi relatif sama dengan KCR Celurit yang juga dirakit Palindo dan telah diluncurkan oleh Menteri Pertahanan awal tahun 2012.

Kapal buatan PT Palindo itu memiliki panjang 44 meter dan mampu melaju hingga kecepatan 30 knot. Kapal sepenuhnya dikerjakan oleh putra-putri Indonesia.

Kapal itu dilengkapi sistem persenjataan modern (Sewaco/Sensor Weapon Control), di antaranya meriam kaliber 30mm enam laras sebagai sistem pertempuran jarak dekat (CIWS) dan peluru kendali dua set Rudal C-705.

Bagian lambung terbuat dari baja khusus yang bernama High Tensile Steel. Baja ini diperoleh dari PT Krakatau Steel. Kapal dengan sistem pendorong fixed propeller lima daun itu juga dilengkapi dua unit senapan mesin kaliber 20 mm di anjungan kapal.

Kapal itu merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang berfungsi menghancurkan target dalam sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dengan cepat.


Sumber : ANTARANEWS.COM

Menristek dan Menkokesra Kunjungi Pesawat Tanpa Awak Puspitek, Wulung

5 Mei 2012

TANGERANG - Menristek Gusti Muhammad Hatta (2 kanan), Menkokesra Agung Laksono (dua kiri) mendengarkan penjelasan Kepala BPPT Marzan Aziz (kanan) tentang pesawat tanpa awak yang dinamai Wulung saat melakukan kunjungan kerja ke Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Jum'at (4/5). Pesawat tanpa awak yang dikendalikan dengan remote control ini merupakan buatan dari BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang fungsinya untuk membuat hujan buatan, pemadaman kebakaran hutan dan juga bisa menjadi pesawat mata-mata.FOTO ANTARA/Muhammad Deffa/ed/pd/12

Tiga Heli Mi-17 TNI Siap Diberangkatkan ke Kongo

5 Mei 2012

BOGOR - Indonesia membuktikan komitmennya untuk mengirim tiga unit helikopter M-17 untuk melakukan misi penjaga perdamaian di Kongo (MONUSCO) yang beberapa waktu lalu diminta oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa, Ban Ki-moon. Helikopter yang akan dikirim terus disiapkan agar sesuai dengan misi yang akan dijalankan.

"Helikopter beserta pasukannya akan segera diberangkatkan dalam waktu dekat ini," kata Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Brigadir Jenderal TNI Imam Edy Mulyono, di kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/5).

Helikopter yang akan dikirimkan tersebut, kata Imam, berasal dari Pusat Penerbangan TNI Angkatan Darat (Puspenerbad). Selain itu TNI mempersiapkan helikopter sesuai dengan persyaratan dari United Nation (UN) yang baru tiba sepekan yang lalu. "Kita akan lihat persyaratannya apa. Apakah perlu terbang malam atau perlu memiliki radar cuaca. Kalau ada yang kurang akan dilengkapi," jelasnya.
Ditambahkan Imam, TNI juga akan mengirimkan 100 orang personel TNI, baik untuk kru pesawat maupun pasukan untuk pengamanan di Kongo.

TNI memang tengah meningkatkan pengiriman pasukan perdamaian agar masuk dalam 10 besar negara yang mengirimkan pasukan perdamaian dalam misi perdamaian PBB.

Saat mengunjungi kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) di Sentul Bogor, Maret lalu, Sekjen PBB Ban Ki-moon meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar membantu pasukan perdamaian di Kongo dengan mengirimkan tiga unit helikopter.

Sumber : JURNAS.COM

Puluhan Personel Paskhas TNI AU Ditempatkan di Lapangan Terbang Papua

3 Mei 2012

JAYAPURA - Sebanyak 60 anggota Pasukan Khas TNI-AU saat ini ditempatkan di empat lapangan terbang di pedalaman Papua. Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Erwin Safitri kepada ANTARA di Jayapura, Rabu mengatakan, ke 60 anggota Paskhas TNI AU itu diperbantukan ke Kodam XVII Cenderawasih.

Puluhan anggota Paskhas itu nantinya akan ditempatkan di Lapter Mulia di Kabupaten Puncak Jaya, lapter Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak, lapter Enarotali, Kab Paniai dan lapangan terbang Dogiay.

Menurut Pangdam, kehadiran prajurit Paskhas itu untuk memberikan rasa aman karena mereka akan bertugas di lapangan terbang yang ada di empat kabupaten di pedalaman Papua. "Mudah-mudahan dengan kehadiran anggota Paskhas masyarakat merasa lebih aman," harap Pangdam Cenderawasih.

Ketika ditanya apakah lapter lainnya juga akan dijaga Paskhas, Pangdam Cenderawasih mengakui, belum dapat memastikan karena itu merupakan program dari Mabes TNI. Kodam XVII Cenderawasih hanya menerima kehadiran anggota Paskhas sehingga belum dapat dipastikan lapter mana lagi yang akan ditempatkan paskhas, jelas Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Erwin Safitri.

Sumber :  KEMHAN.GO.ID

Russia Mundur dari Tender Pengadaan Kendaraan Peluncur Rocket

2 Mei 2012

Smerch Multiple Launch Rocket System (photo : Vitaly V. Kuzmin)
Perusahaan Persenjataan asal Rusia Rosoboronexport mengundurkan diri dari tender yang di adakan pemerintah Indonesia dalam pengadaan sistem peluncur roket, menurut keterangan perusahaan tersebut kepada Military Industrial Courier magazine.


Pihak Rosoboronexport yang di wakili Nikolai Dimidyuk menuturkan "Penyebabnya, karena peluncur roket Smerch yang di tawarkan tidak memenuhi kriteria teknis dalam tender tersebut."

"Kami tidak mau menghabiskan banyak waktu, atau menjerumuskan klien kami, menurut kami apa yang kami tawarkan telah memenuhi kriteria paling penting yang di ajukan yaitu efektifitas dalam pertempuran."

Proyek tender ini di mulai pada bulan Februari. Rosoboronexport tidak memberi keterangan tentang kriteria yang gagal di capai oleh Smerch terhadap spesifikasi yang di ajukan pemerintah Indonesia. Russia telah menawarkan varian Smerch berbobot 22 ton, sedangkan varian yang telah banyak di gunakan berbobot 48 ton.

Indonesia merupakan customer persenjataan dari Soviet dan kini Rusia dan dalam tahap pengadaan pesawat tempur Su-27SKM, Helikopter serbu Mi-17 dan Mi-35, dan kendaraan lapis baja BMP-3 dan BTR-80.

(RIA Novosti)

Indonesia dan Philipina Selesaikan Misi Patroli Terkoordinasi Perbatasan

02 Mei 2012



KRI Sura 802 milik TNI AL (photo : TNI AL)


KRI Sura selesaikan misi patroli terkoordinasi perbatasan


Jakarta (ANTARA News) - KRI Sura-802 tiba di Davao, Filipina Selatan, Senin lalu. Dia dengan puluhan awaknya menjadi bagian dari gugus tugas patroli terkoordinasi perairan perbatasan Indonesia-Filipina, yang baru saja menyelesaikan misi tempur patroli perairan perbatasan negara.

Kapal perang TNI-AL ini merapat di Dermaga Captain Feranil, Pangkalan Angkatan Laut Filipina Felix Apolonario, Davao. Atase Pertahanan Indonesia untuk Filipina, Kolonel Suplai Djakaria P Girsang, dan Konsul Jenderal Indonesia di Davao, Eko Hartono, serta sejumlah pejabat lain menyambut mereka.


Di sisi lain dermaga itu ditambat kapal perang Filipina, BRP Magat Salamat (PS-20). Secara resmi, misi militer yang kedua kapal lakukan itu diberi tajuk Patroli Terkoordinasi Philindo XXVI-12. 


PS-20 BRP Magat Salamat milik Angkatan Laut Philipina (photo : Timawa)


KRI Sura-802, Mayor Pelaut Fafan Y Brahmono, dan Komandan BRP Magat Salamat, Comannder Luzviminda A Camacho, diberi selamat secara khusus.


Patroli terkoordinasi ke-26 ini telah dilaksanakan di wilayah perbatasan laut Indonesia dan Filipina. Bagi KRI Sura-802, patroli ini sekaligus sebagai bentuk pengamanan pulau-pulau terluar Indonesia, yaitu Pulau Miangas dan Pulau Marore, jauh di utara Laut Sulawesi.


Selain mengamankan perairan perbatasan, kedua kapal perang tersebut juga melaksanakan latihan meningkatkan lintas operasi, meliputi latihan komunikasi (radio, bendera, semafor dan lampu sorot), manuvra  taktis, latihan tabir, replenishment at sea dan latihan pemeriksaan kapal (VBSS).   


Juga  itu melaksanakan perjanjian yang telah disepakati bersama kedua negara yaitu Border Patrol Agreement. BRP Magat Salamat juga telah melaksanakan repatriasi bagi warga negara Philipina dari Bitung sebanyak 32 orang. Mereka adalah warga negara Filipina yang telah selesai menjalani proses hukum di Indonesia khususnya Sulawesi Utara. (*)


(Antara)

Menhan Kaji Kerjasama Industri Pertahanan Dengan Kroasia

01 Mei 2012


MBT M-95 Degman, produk industri pertahanan Kroasia (Foto: WIKIPEDIA.ORG)

JAKARTA - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Jumat (27/4), menerima kunjungan kehormatan Chairman of The President’s Council on Foreign Policy and International Relations Republic of Croatia, Mr Budimir Loncar, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Mr Budimir Loncar sudah tidak asing lagi berada di Indonesia karena pada era orde baru pernah menjabat sebagai Duta Besar Yugoslavia untuk Indonesia dan pada era 90-an pernah menjadi wakil UN untuk Indonesia. Mr. Budimir Loncar juga berperan sebagai mediator dalam pembicaraan perdamaian antara Pemerintah dan GAM Aceh di Stockholm, Swedia.

Kedatangannya kali ini sebagai undangan Kementerian Luar Negeri RI dalam membicarakan peningkatan kerjasama bilateral Indonesia - Kroasia. Mr Budimir Loncar berharap kerjasama pertahanan antara Indonesia dan Kroatia dapat diperbarui dan dikembangkan. Pada kesempatan tersebut juga diserahkan proposal kerjasama industri pertahanan kedua negara.

Menhan Purnomo Yusgiantoro berjanji untuk mempelajari dan mengkaji proposal kerjasama industri pertahanan yang ditawarkan dan akan memberikan jawaban kepada Kedutaan Besar Kroasia. Menhan akan berupaya meramu kerjasama industri pertahanan antara kedua negara yang memberi manfaat bagi Indonesia dan Kroasia.

Saat menerima kunjungan kehormatan Mr Budimir Loncar, Menhan Purnomo Yusgiantoro didampingi Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin, Direktur Kerjasama Internasional Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Jan Pieter Ate M.Bus, dan Kepala Biro TU Stejen Kemhan Brigjen TNI Drs. Herry Noorwanto MA.

Sumber : DMC

Jerman Beri Sinyal Setujui Jual Leopard

01 Mei 2012



Beberapa minggu yang lalu Kabinet Belanda telah menyetujui penjualan 80 Tank Leopard 2 ke Indonesia dengan nilai transaksi sekitar 200 juta Euro, namun untuk merealisasikannya dibutuhkan persetujuan dari parlemen yang masih timbul pro dan kontra (photo : Militaryphotos).

PEMERINTAH dan DPR ber­kukuh membeli tank Leo­pard 2A6. Setelah gagal membeli dari Belanda, pemerintah dan DPR kini beralih ke Jerman.

Anggota Komisi I DPR dari F-PG Yorris Raweyai saat dihubungi, kemarin, menjelaskan anggota dewan sempat mendatangi pabrik produsen tank seberat 60 ton itu saat berkunjung ke Muenchen, Jerman, baru-baru ini.

Rombongan yang mendatangi Jerman dipimpin Wakil Ketua Komisi I DPR Hayono Isman didampingi 12 anggota. Kami ingin mencari kepastian bagaimana teknis tank ini,” ujar Yoris.

Awalnya, pemerintah berencana membeli 100 tank bekas dari Belanda dengan nilai sekitar US$280 juta. Namun, rencana itu terkendala karena ada penolakan dari parlemen Belanda.
Dubes RI di Berlin Eddy Pratomo membenarkan dele­gasi anggota dewan sempat mengunjungi perusahaan produsen tank Leopard, Krauss-Maffei-Wegmann GmbH & Co KG (KMW).

Eddy menjelaskan, dele­gasi sempat berdialog dengan Presiden dan CEO KMW Frank Haun. Pada kesempatan tersebut, Komisi I DPR membicarakan penjajakan pembelian tank Leopard dan perjanjian alih teknologi sebagai bagian dari kontrak pembelian.

Selain itu, sambung Eddy, rombongan sempat bertemu juru bicara luar negeri fraksi CDU/CSU (koalisi partai berkuasa Jerman) Philipp Missfelder serta Ketua Komisi Pertahanan Susanne Kastner.

Anggota dewan juga, lanjut Eddy, sempat bertemu dengan Parliamentary State Secretary Hans-Joachim Otto, untuk meminta penjelasan tentang prosedur pemberian dan izin ekspor alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang menjadi wewenang kementerian tersebut.
Menurut Eddy, pihak Jerman menyatakan tidak melihat ada masalah untuk ekspor alutsista ke Indonesia. Jerman, menurut Eddy, bahkan akan meningkatkan kerja sama ekonomi dan industri strategis kedua negara.

Padahal, Eddy mengakui pihak Jerman menerapkan kebijakan restriktif terhadap ekspor alutsista ke Indonesia. Salah satu isu yang sering menjadi ganjalan adalah isu perlindungan hak asasi manusia.
“Penting bagi Indonesia untuk menjelaskan hal itu kepada Jerman,” ujarnya. (Che/Ant/P-1)

KRI Banjarmasin-592 Angkut Rantis ke Indonesia Timur

01 Mei 2012

JAKARTA - Salah satu unsur Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) KRI Banjarmasin-592 melaksanakan operasi angkutan laut militer dalam rangka mendukung pengangkutan Kendaraan Taktis (Rantis) pengadaan Kementerian Pertahanan (Kemhan), TNI AD dan pendistribusian kendaraan dinas TNI AL ke wilayah Indonesia Timur.

Pendistribusian kendaraan taktis dan perlengkapan lainnya ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan dukungan kepada prajurit di daerah dan mengoptimalkan kinerja dalam menjaga keamanan serta kedaulatan NKRI.

Kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) yang dikomandani Letkol Laut (P) Aris Harijadi W.,S.H. ini bertolak dari dermaga kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (29/4), mengangkut rantis dan perlengkapan lainnya, seperti Crane, Forklift, dan lowder diantaranya milik Kodam XVI/Patimura, Kodam XVII/Cendrawasih, rantis TNI AL yang akan didebarkasi di Surabaya, dan ke wilayah Indonesia Timur, seperti Makassar, Ambon, Sorong serta Jayapura sebagai tujuan akhir.

KRI Banjarmasin-592 selain sebagai kapal angkut, dirancang sebagai kapal pendukung operasi amfibi, yang memiliki kemampuan mengangkut pasukan pendarat berikut kendaraan tempur beserta kelengkapannya. Kapal ini juga mampu mengangkut 5 unit helikopter di geladak heli, 2 di hanggar). Selain itu, juga berfungsi untuk operasi kemanusiaan serta penanggulangan bencana alam.

Sumber : POSKOTANEWS.COM

TNI AL Pesan Kapal Tanker

30 April 2012



Kapal tanker ini akan selesai dalam 18 bulan dengan biaya Rp 160 Milyar (photo : Berita Cilegon)


Kapal Perang Dibuat di Bojonegara, 1 Kapal Seharga Rp 160 Miliar


BOJONEGARA, BCO – Bangsa Indonesia sudah mampu membuat kapal untuk kebutuhan berperang. Dan siapa menyangka kalau ternyata kapal perang yang dipesan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI ini dibuat di wilayah Provinsi Banten, tepatnya di wilayah Desa Margagiri, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Ini diketahui setelah, Kamis (26/4/12) pagi tadi, Asisten Logistik (Aslog) Kasal Laksamana Muda TNI Sru Handayanto, meresmikan pembuatan kapal perang jenis tangker pertama oleh PT Anugrah Buana Marine (ABM) Bojonegara.


Aslog Kasal Laksamana Muda TNI Sru Handayanto mengatakan, kepada Berita Cilegon Online (BCO) bahwa untuk membuat kapal tersebut dibutuhkan waktu selama 18 bulan (1,5 tahun), dengan kebutuhan dana lebih dari 160 miliar. “Sebelumnya kemenhan juga telah berhasil membuat kapal perang di beberapa wilayah, di antaranya di Batam, Suarabaya dan Jakarta. Kalau proyek pembuatan kapal (perang tangker-red) BCM ini berhasil, kita akan buat kapal perang di Banten, terlebih di sini (Banten-red) juga banyak bahan bakunya," ujar Sru.


Saat ini TNI AL tercatat mempunyai 5 kapal tanker yaitu : KRI Balikpapan 901, KRI Sambu 902, KRI Arun 903, KRI Sungai Gerong 906, dan KRI Sorong 911 (photo : TNI AL)


Dikatakan bahwa pembuatan kapal dilakukan di wilayah Indonesia merupakan bagian dari upaya untuk pemberdayaan sember daya manusia (SDM) lokal dalam menciptakan perangkat perang TNI. “SDM lokal sebenarnya sudah mampu menciptkan kapal-kapal perang. Akan tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Mulai dari sekarang kita manfaatkan SDM itu untuk membuat produk berkualitas di negeri sendiri," Sru menuturkan.


Dalam kesempatan yang sama, saat mendampingi Aslog Kasal Laksamana Muda TNI, Danlanal Banten Kolonel Laut (p) Agus Priyatna mengatakan, TNI AL memang saat ini sangat membutuhkan kapal BCM. Sebab, saat ini TNI AL di bagian barat hanya memiliki satu kapal BCM yang kondisinya sudah tua dan perlu diganti. “Kapal BCM  ini nantinya disiapkan untuk membantu kapal perang yang kehabisan bahan bakar di tengah laut,” ujar Agus seraya berhatap proyek pembuatan kapal itu sukses sehingga kapal perang terus bisa dibuat di wilayah Banten. 


Sementara itu, Direktur PT Anugrah Buana Marine (ABM) Bojonegara Nasrudin Umar menjelaskan bahwa sesuai desain, kapal tersebut akan dibuat dengan ukuran panjang 95,5, lebar meter, 17,5 meter dan  tinggi 9 meter dengan kapasitas tangker dapat mengangkut 5.000 matrik. Bahan baku berupa bajanya berasal dari PT Krakatau Steel (KS) yang nota bene Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di wilayah Kota Cilegon, Provinsi Banten, yang letaknya berdekatan dengan Bojonegara. “Kecepatan kapal sendiri dirancang hingga 14 sampai dengan 15 knot," Nasrudin menuturkan. (*)


(Berita Cilegon)

Komisi I Dukung Rencana TNI AD Beli Tank Leopard

28 April 2012



Tank Leopard 2A6 (image : Militaryphotos)
Senayan - Komisi I DPR RI sepakat untuk mendukung rencana TNI AD membeli tank Leopard produksi Jerman. Sebelumnya banyak anggota Komisi Pertahanan yang menolak rencana pembelian tank bekas pakai Belanda ini. Mereka menolak karena perangkat perang ini tak sesuai dengan kondisi geografi Indonesia dan alih teknologinya sulit direalisasikan oleh produsen.

Komisi I akan mengiyakan secara resmi rencana TNI AD ini dengan catatan, sepanjang tidak ada upaya politisasi dari pihak mana pun. Selain itu, pembelian tank tersebut harus dilakukan langsung ke produsen di Jerman.

"Dengan demikian, memungkinkan adanya alih teknologi dan kerja sama pemeliharaan antara produsen dan PT Pindad," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq kepada Jurnalparlemen.com, Jumat (27/4).

Menurut Mahfudz, pembelian langsung ke produsen tank Leopard di Jerman akan memungkinkan modifikasi sesuai kebutuhan Indonesia dan lebih efisien harganya.

Meskipun hampir semua anggotanya menyatakan dukungan, hingga kini Komisi DPR belum mengeluarkan keputusan resmi guna menyetujui rencana ini. Keputusan resmi akan dikeluarkan setelah anggaran untuk meng-goal-kan rencana ini dianggap sesuai. "Ya, Komisi I memang belum memutuskan persetujuan anggaran untuk pengadaan tank tersebut," ujar Wasekjen DPP PKS ini


(Jurnal Parlemen)
 
DEF CON © 2010 | Designed by Trucks, in collaboration with MW3, Broadway Tickets, and Distubed Tour